Indonesia’s Most Trusted  Rating Agency

Publication Banner

Publikasi

Default Study

Default Study

Edisi 2024

Unduh Versi PDF untuk
laporan lengkap

Unduh PDF

Ringkasan Eksekutif

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pada tahun 2024, instrumen surat utang dan perusahaan penerbit surat utang secara umum menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dengan tingkat gagal bayar secara keseluruhan yang membaik dan terjaga rendah. Meskipun pada tahun 2024 terdapat tiga perusahaan dari industri konstruksi, pertambangan, dan properti yang diperingkat oleh PEFINDO mengalami kegagalan untuk memenuhi kewajiban keuangannya, nilai instrumen yang mengalami gagal bayar pada tahun 2024 lebih sedikit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yaitu terakumulasi sebesar Rp582,4 miliar dari tiga perusahaan yang mengalami gagal bayar. Kondisi ini mencerminkan kondisi pasar surat utang yang mulai pulih dibandingkan tahun 2022 dan 2023 ketika kasus gagal bayar terakumulasi masing-masing sebesar Rp2,00 triliun dan Rp5,12 triliun, serta tidak kembali terjadi pada perusahaan yang sebelumnya tercatat gagal bayar. Kejadian gagal bayar pada ketiga perusahaan dan instrumennya terjadi pada peringkat awal yang relatif rendah, yaitu pada peringkat awal A- (single-A minus) (tiga notch di atas batas investment grade) dan BBB (triple-B) (satu notch di atas batas investment grade).

Gagal bayar pada instrumen surat utang dan perusahaan penerbit hanya terjadi pada perusahaan dengan peringkat yang relatif lebih rendah. Peringkat AAA (triple-A) masih terus terjaga, dengan tingkat gagal bayar pada 0,00% sepanjang 2007-2024. Selain itu, tingkat gagal bayar pada instrumen dengan kategori peringkat AA (double-A) dan A (single-A) terus melaju pada tren penurunan masing-masing menjadi 0,27% dan 1,64% dari 0,29% dan 1,83%. Dengan tingkat gagal bayar yang terjaga, peringkat A masih menjadi favorit investor dalam berinvestasi seiring dengan imbal hasil yang relatif lebih tinggi dibandingkan peringkat di atasnya tetapi memiliki risiko lebih rendah dibandingkan peringkat di bawahnya. Peringkat awal BBB (triple-B) menjadi kelompok yang memiliki tingkat gagal bayar relatif lebih tinggi dibandingkan kategori peringkat lain.

Tingkat gagal bayar instrumen surat utang yang diperingkat oleh PEFINDO dan peringkatnya dipublikasikan secara kumulatif sejak 2007 hingga 2024 turun menjadi 1,26%, sedangkan tingkat gagal bayar perusahaan penerbit untuk periode yang sama masih terjaga di tingkat 8,07%. Jika melihat berdasarkan sektornya, tingkat gagal bayar instrumen surat utang dan perusahaan penerbit yang terjadi pada sektor non-financial institution (non-FIN) masing-masing sebesar 2,95% dan 11,03%.  Sementara, pada sektor financial institution (FIN) adalah masing-masing sebesar 0,08% dan 2,95%.

PEFINDO mencatat bahwa selama 2007-2024, gagal bayar terjadi pada 11 industri dari 67 klasifikasi industri instrumen surat utang dan 65 klasifikasi industri perusahaan penerbit. Tingkat gagal bayar tertinggi sejak tahun 2007 terjadi pada industri perkapalan (SHIP), baik pada instrumen surat utang dan perusahaan penerbit. Mayoritas tingkat gagal bayar pada instrumen surat utang dan perusahaan penerbit disebabkan oleh kegagalan perusahaaan untuk memenuhi pembayaran kupon masing-masing sebesar 0,82% dan 4,04%.

Perhitungan Transisi Peringkat Satu-Tahun dan Cummulative Average Default Rate PEFINDO menunjukkan kondisi yang semakin baik pada peringkat yang lebih tinggi. Transisi peringkat setelah satu tahun pada perusahaan penerbit dan instrumen surat utang yang memiliki peringkat lebih tinggi memiliki konsistensi dan stabilitas peringkat yang lebih baik, berpeluang lebih tinggi untuk mengalami kenaikan peringkat (upgrade), serta berpeluang lebih rendah untuk mengalami penurunan peringkat (downgrade) dan gagal bayar dibandingkan dengan yang berperingkat lebih rendah. Sementara itu, hasil perhitungan Cumulative Average Default Rate selama rentang waktu 17 tahun pada instrumen surat utang dan perusahaan penerbit memiliki pola yang sama. Semakin panjang rentang waktu, tingkat gagal bayar dari setiap peringkat menjadi semakin besar. Sementara itu, terkait dengan peringkat, semakin rendah peringkat (non-investment grade), semakin besar tingkat gagal bayar dibandingkan investment grade.